dalam acara lomba mewarna ,saya menemukan sebuah kejadian yang menggelitik rasa ingin tahu saya.
seorang peserta lomba mewarna yang sedang beraksi sebentar sebentar melirik kearah ibunya,dan setiap memulai mewana bidang baru selalu melirik kearah Ibunya.sang Ibu juga tidak kalah dengan anak nya sambil lirak lirik kiri kanan ibunya memberi tahu warna apa yang harus diambil.
kegiatan ini sempat meresahkan ibu ibu pengantar yang lain ,akhirnya ibu ibu yang resah mendekati panitia dan bicara pada panitia bahwa peserta nomer sekian itu ,seharusnya tidak bisa menang ,lihat itu kak selalu di dikte cara mewarnanya.panitia senyum senyum sambil memberikan jawaban ...ya Bu suddah kami catat kok.salah satu dari format pnilaian kami adalah kemandirian.Ibu yang protes lega dan segera kembali ketempat duduknya semula.
sayang kepada anak yang kurang proporsional justru membuat anak jadi semakin manja dan memunculkan ketergantungan.sayang pada anak ,pada dasarnya semua orang tua ingin memberikan kasih sayang pada anaknya , sebenarnya ini sudah kodrati .
setiap orang tua ingin memiliki anak yang berprestasi , ini menjadi kebanggaan terutama dalam perbincangan dengan sesama ibu ibu ,untuk mendapatkan kebanggaan ini sampai idak sadar kadang orang tua melakukan intervensi terhadap anaknya , kalau anaknya kalah dalam lomba mewarna maka yang ribut dan suka protes adalah ibunya
sempat terpikir untuk mengadakan lomba mewarna untuk ibu - ibu.
ada pengalaman menarik , suatu saat datang seorang ibu yang minta berkonsultasi tentang anaknya,yang sekarang tidak mau lagi lomba karena sudah sering menang dalam perlombaan di tingkat lokal ,ketika harus maju mewakili tingkat lokal keluar wilayah dia kalah dan tidak masuk kejuaraan bahkan harapanpun tidak .
begitu pulang dari lomba anak tersebut menangis dan akhirnya tidak pernah lagi mengikuti lomba mewarna ,
gambar gambar nya yang di tempel di dinding di copoti semua , dan tidak mau pegang krayon.
ketika saya ajak ngobrol anak tersebut bercerita bahwa dia sering di paksa ibunya untuk berlatih ,kalau ada lomba mewarna ibunya selalu memotret hasil mewarna pemenang selanjutnya anaknya di paksa mewarnai seperti gambar dalam potret,akibatnya ketika lomba mewarna kalah maka anak tersebut menyalahkan ibunya.
dia tidak punya kebebasan menentukan warna sesuai imajinasinya.putus asa ,agak sulit mengembalikan kondisi anak menjadi kembali sebagai anak yang bebas berkreasi karena selalu tergantung ,akibat selalu di dikte sang ibu.
setelah beberapa kali di beri kepercayaan dan di beri kebebasan berkreasi barulah anak tersebut mau menggambar lagi ,dan sangat luar biasa ekplorasinya,berbagai tehnik pun di cobanya dan ketika dia menemukan cara mengekspresikan pikiran dan perasaan nya dengan bebas ,rasa percaya dirinya mulai tumbuh kembali.
semoga ilustrasi ini menjadi perenungan untuk kita semua dalam hal menggali kreatifitas anak.(kak Azis)
.
blog ini untuk semua saja yang peduli pada dongeng dan senang pada dunia anak anak,
Rabu, 24 Agustus 2011
lomba mewarna
sejakr lulus dari SPG N Blitar 1985
mencoba meneruskan pendidikan di STKIP WIdya Yuwana Madiun tidak sampai selesai
bekerja di percetakan kontiki printing Jakarta, ,panggilan untuk berkesenian mengalahkan segala bentuk kegiatan saat itu , sekolah lagi di sekolah guru seni drama film surabaya 1990,
bergabung dengan teater keliling sejak 1990 hingga 2018, aktif mengajar ekstra seni lukis di sekolah TK ,SD, dan bermain musik etnic,pegiat seni di Jejaring kampung ,
bersama group M2 I mengajak generasi muda untuk selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan,
bersama wayang wolak walik memasuki wilayah edukasi di berbagai lini ,
mengembangkan sikap toleransi dan saling menghargai ,
mengenalkan rasa nasionalisme pada generasi muda lewat seni.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar