CIRI-CIRI ANAK
1. Umur 3 sd 6 tahun (Periode Tanaman Kecil).
a. Fisik: penuh kegiatan, panca indera sangat penting (gunakan alat peraga yang berhubungan dengan indera).
b. Sosial: bersifat egosentris, lingkungan keluarga memegang peranan sehingga selalu berharap untuk ditemani.
c. Mental: selalu ingin tahu, banyak dialog, suka meniru (mengulangi cerita), penghayatannya kuat, suka bermain, dikuasai emosi dan cepat marah, daya fantasi besar (jangan bercerita sesuatu yang menakutkan).
d. Kerohanian: mudah percaya jadi jangan membodohi, pemahamannya tentang Allah berkisar sebagai ‘pemberi dan pencipta’, belum dapat memilih dan selalu mengikuti apa kata orang tua.
2. Umur 6 sd 9 tahun (Periode Tanah Liat atau juga disebut sebagai Umur Emas).
a. Fisik: terjadi perubahan pertumbuhan dari menyamping ke meninggi, sehingga pada masa ini anak selalu mengalami gugup karena masuk dalam dunia baru.
b. Sosial: suka bergaul atau berteman, mencari perhatian dan berkelompok (berikan tugas-tugas kelompok).
c. Mental: haus akan cerita, suka membesar-besarkan, cara berpikirnya ‘hitam-putih’ atau belum ada pendapat sendiri (berikan pemahaman yang konkrit), lama berkonsentrasi (banyak berikan lagu-lagu baru atau ayat-ayat hafalan sebagai perangsang).
d. Kerohanian: bersemangat untuk ke gereja, terbuka akan kasih Allah (Allah lebih dipahami sebagai sahabat).
3. Umur 9 sd 12 tahun (Periode Hero-Worship)
a. Fisik: otot-otot tubuh mulai kuat, suka berolah raga, memuja idola, suka ‘ngluyur’ (camping sangat disukai).
b. Sosial: suka bergaul dengan guru (guru dianggap sebagai ‘kepala suku’), tidak senang dan menjauhi perlakuan yang tidak adil, bergaul dengan teman sebaya dan menjauhi lawan jenis, mulai tertutup pada orang tua.
c. Mental: lebih maju dalam pengetahuan (menyukai kuis atau teka-teki), selalu mencari jawab (jadi usahakan dengan memberi bayak tugas membaca Alkitab dan mengembangkan pendapat sendiri).
d. Kerohanian: aktif ke gereja, senang diajar melayani (berikan tanggung jawab untuk mulai memimpin pujian atau membacakan cerita Alkitab), selalu berusaha untuk memenuhi semua tuntutan dari perintah-perintah Tuhan (ajaran 10 Hukum Tuhan sangat mempengaruhi pribadi anak).
BERCERITA
1. Persiapan Cerita
a. Menentukan tema/judul.
b. Mempersiapkan bahan cerita
(1) Persiapan Umum
Mencari inti masalah yang ada untuk dijadikan sebuah ‘ide’ cerita. Ide bisa dipilih sesuai kebutuhan atau kurikulum, namun setidaknya ada dua cara mempersiapkan bahan cerita:
• Induktif, bertolak dari peristiwa atau fenomena lalu apa jawaban Alkitab tentang fenomena tersebut.
• Deduktif, bertolak dari nast Alkitab lalu dijelaskan melalui sebuah peristiwa atau fenomena yang sedang dan telah terjadi, selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk sikap yang harus diambil.
(2) Persiapan Khusus
(a) Bertolak dari teks menuju ke aplikasi.
• Renungkan teks dan carilah sisi positif dan negatif dari teks yang telah dibaca.
• Renungkan kata-kata atau istilah-istilah, catat ‘ide’ yang muncul lalu temukan pesannya (kerygma) dari teks tersebut ‘bagi saya’.
(b) Bertolak dari pengamatan menuju ke analisa teks.
• Inspirasi atau ide saat melihat situasi direlasikan dengan diri sendiri, perespektif Alkitab baru penyampaian.
• Memferivikasi atau menguji ulang teks Alkitab.
• Memperluas ‘ide’ menjadi ‘tema’.
(c) Mengolah bahan cerita orang lain atau literatur sebagai analisa atau sumber pengambilan cerita.
(d) Mengenali situasi kelas, menyangkut: sosial ekonomi, teologi dan norma yang dipegang serta pandangan hidupnya.
c. Mempersiapan Cara Bercerita
1. Masa inkubasi atau istirahat.
Bahan dicerna di bawah sadar, dipertimbangkan dalam rangka mencari ide, jawaban dan kepastian. Meditasi berdaya cipta untuk menciptakan kreasi cerita.
2. Masa iluminasi atau pemunculan ide.
Sering juga disebut sebagai masa ‘kejatuhan ide’ yang diawali dengan merumuskan tujuan cerita yang akan disampaikan dan apa yang hendak dicapai baik aspek afektif (sikap), kognotif (pengertian) maupun aspek psikomotorik (tindakan).
3. Menyusun, merancang dan mematangkan cerita.
Buatlah skema cerita berdasarkan nast yang telah dipilih, susun semua bahan penunjang yang telah diseleksi, kemudian diskusikan dengan orang lain guna melihat pendapat-pendapat yang berbeda.
4. Kontrol teks cerita.
Menyangkut isi teks, pendengar, cara berpikir atau sistematika bahan cerita lalu seimbangkan dengan skema yang telah dibuat.
2. Presentasi Cerita
a. Menguasai Teks
(1) Latihan artikulasi, diksi, intonasi, tekanan dan tanda baca.
(2) Cari bahan-bahan, kalimat dan kata yang perlu mendapat tekanan, dimana volume suara keras lembutnya dapat ditentukan.
b. Sikap Dalam Penyampaian Cerita
(1) Gerakan jangan berlebihan (harus fleksibel)
(2) Hati-hati dalam meniru gerakan orang lain.
(3) Gerakan harus sesuai dengan kata yang diungkapkan (tangan untuk emosi, jari untuk bilangan/waktu, mimik wajah/mata untuk merespon).
c. Guru dan Gaya Bercerita
(1) Guru dan Ruangan
Situasi dan suasana perlu diperhatikan guna menentukan waktu dan isi cerita yang hendak disampaikan.
Usahakan tenang saat masuk ke suatu ruangan, tentukan tempat berdiri dari posisi duduk anak, usahakan agar dapat dilihat dan didengar, cek semua alat yang dipakai.
(2) Guru dan Suara
• Suara harus jelas dan dapat didengar.
• Usahakan menggunakan teknik pernapasan yang baik agar suara menjadi baik dan jelas.
• Usahakan pita suara tetap luwes dan basah.
• Buat perbedaan antara vokal gelap dan terang.
• Jangan minum dingin, kopi atau alcohol, makanan pedas, berminyak dan rokok.
• Senam napas setiap pagi.
• Jika suara sesak dan kering telan air liur sendiri.
• Jangan terlalu kenyang atau lapar.
• Bebaskan dari ketegangan.
(3) Gaya bercerita
Ada tiga macam gaya tekanan dalam menyampaikan cerita atau berkhotbah kepada anak-anak:
(i) Pengajaran (teaching) karakter gaya LOW
• Tidak diulang-ulang, jelas dan deskriptif.
• Jangan membodohi, tetapi membangkitkan interest (minat) anak.
• Bahasa spesifik.
(ii) Mengajak (persuading) karakter gaya MIDDLE
• Menyentuh penginderaan dan pengalaman hidup sehari-hari.
• Menggunakan analogi (penyamaan).
(iii) Menggerakkan (moving) karakter gaya HIGH
• Menuntut pada komitmen (tekat) dan respon.
• Sasaran pada action dan reaction.
• Jangan memanipulasi emosi.
Elemen-elemen stile dalam bercerita atau berkhotbah kepada anak-anak:
1. Clarity (jelas)
• Kata-kata yang digunakan pas/tepat dan simple serta mudah dipahami.
• Sedikit menggunakan kata-kata abstrak.
• Jangan memakai jargon yang tidak dimengerti.
2. Interest (semangat)
• Human interest (kisah-kisah tentang manusia)
• Imergery (perumpamaan)
• Kontras dalam membangkitkan pendengar (“….andaikata…..”)
• Tension (ketegangan) supaya pendengar berpikir.
• Ilustrasi (contoh-contoh).
• Ekspresi yang menarik.
• Question (pertanyaan-pertanyaan)
• Variety (variasi) cara berkata-kata.
• Hindari bahasa-bahasa yang kolot atau kuno.
3. Avocation (membangkitkan)
• Bahasa deskriptif dan jelas
• Menggunakan analogi-analogi
• Emegery
• Sense appear (pendekatan inderawi) melalui telinga.
• Direek addres (alat yang dituju secara langsung).
• Retorical Vigurs (memakai cara-cara berpidato yang sering dipakai orang lain atau figur).
• Hindari kata-kata klise (sering digunakan).
4. Energy
• Kata-kata lantang, terang dan dapat menimbulkan vitalitas tinggi.
• Simplecity (sederhana).
• Gunakan kata ganti orang kedua dan kata kerja aktif.
• Tensesnya ‘present’.
• Kalimat pendek dan jelas.
5. Emotion
• Uraian deskriptif.
• Emegery berulang-ulang.
• Antusias (lih. Yes 65:13-14).
• Personifikasi (obyek yang ‘in enimate’, benda-benda mati dimasukkan dalam dunia nyata – lih. Yes 44:3; 1 Kor 15:55).
• Menggunakan gaya hiperbola.
• Dialog atau bertanya pada ‘tokoh’.
• Repetisi (seperti orang memukul balok guna membentuk klimaks).
• Pertanyaan bertingkat untuk membangkitkan respon.
• Progresif (‘jika, ketika, sejak, sebab’), memakai kata ganti orang kedua.
Berikut grafik stile dari tiga tekanan gaya bercerita atau berkhotbah kepada anak-anak:
Elemen Stile Teaching Persuading Moving
(Low) (Middle) (High)
Clarity 15 8 2
Interest 9 10 3
Evocative 4 15 6
Energy 3 10 8
Emotion 2 4 11
Semoga bermanfaat, selamat melayani. Tuhan memberkati
GKII "Bukit Shalom" Ubud
2
1. Umur 3 sd 6 tahun (Periode Tanaman Kecil).
a. Fisik: penuh kegiatan, panca indera sangat penting (gunakan alat peraga yang berhubungan dengan indera).
b. Sosial: bersifat egosentris, lingkungan keluarga memegang peranan sehingga selalu berharap untuk ditemani.
c. Mental: selalu ingin tahu, banyak dialog, suka meniru (mengulangi cerita), penghayatannya kuat, suka bermain, dikuasai emosi dan cepat marah, daya fantasi besar (jangan bercerita sesuatu yang menakutkan).
d. Kerohanian: mudah percaya jadi jangan membodohi, pemahamannya tentang Allah berkisar sebagai ‘pemberi dan pencipta’, belum dapat memilih dan selalu mengikuti apa kata orang tua.
2. Umur 6 sd 9 tahun (Periode Tanah Liat atau juga disebut sebagai Umur Emas).
a. Fisik: terjadi perubahan pertumbuhan dari menyamping ke meninggi, sehingga pada masa ini anak selalu mengalami gugup karena masuk dalam dunia baru.
b. Sosial: suka bergaul atau berteman, mencari perhatian dan berkelompok (berikan tugas-tugas kelompok).
c. Mental: haus akan cerita, suka membesar-besarkan, cara berpikirnya ‘hitam-putih’ atau belum ada pendapat sendiri (berikan pemahaman yang konkrit), lama berkonsentrasi (banyak berikan lagu-lagu baru atau ayat-ayat hafalan sebagai perangsang).
d. Kerohanian: bersemangat untuk ke gereja, terbuka akan kasih Allah (Allah lebih dipahami sebagai sahabat).
3. Umur 9 sd 12 tahun (Periode Hero-Worship)
a. Fisik: otot-otot tubuh mulai kuat, suka berolah raga, memuja idola, suka ‘ngluyur’ (camping sangat disukai).
b. Sosial: suka bergaul dengan guru (guru dianggap sebagai ‘kepala suku’), tidak senang dan menjauhi perlakuan yang tidak adil, bergaul dengan teman sebaya dan menjauhi lawan jenis, mulai tertutup pada orang tua.
c. Mental: lebih maju dalam pengetahuan (menyukai kuis atau teka-teki), selalu mencari jawab (jadi usahakan dengan memberi bayak tugas membaca Alkitab dan mengembangkan pendapat sendiri).
d. Kerohanian: aktif ke gereja, senang diajar melayani (berikan tanggung jawab untuk mulai memimpin pujian atau membacakan cerita Alkitab), selalu berusaha untuk memenuhi semua tuntutan dari perintah-perintah Tuhan (ajaran 10 Hukum Tuhan sangat mempengaruhi pribadi anak).
BERCERITA
1. Persiapan Cerita
a. Menentukan tema/judul.
b. Mempersiapkan bahan cerita
(1) Persiapan Umum
Mencari inti masalah yang ada untuk dijadikan sebuah ‘ide’ cerita. Ide bisa dipilih sesuai kebutuhan atau kurikulum, namun setidaknya ada dua cara mempersiapkan bahan cerita:
• Induktif, bertolak dari peristiwa atau fenomena lalu apa jawaban Alkitab tentang fenomena tersebut.
• Deduktif, bertolak dari nast Alkitab lalu dijelaskan melalui sebuah peristiwa atau fenomena yang sedang dan telah terjadi, selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk sikap yang harus diambil.
(2) Persiapan Khusus
(a) Bertolak dari teks menuju ke aplikasi.
• Renungkan teks dan carilah sisi positif dan negatif dari teks yang telah dibaca.
• Renungkan kata-kata atau istilah-istilah, catat ‘ide’ yang muncul lalu temukan pesannya (kerygma) dari teks tersebut ‘bagi saya’.
(b) Bertolak dari pengamatan menuju ke analisa teks.
• Inspirasi atau ide saat melihat situasi direlasikan dengan diri sendiri, perespektif Alkitab baru penyampaian.
• Memferivikasi atau menguji ulang teks Alkitab.
• Memperluas ‘ide’ menjadi ‘tema’.
(c) Mengolah bahan cerita orang lain atau literatur sebagai analisa atau sumber pengambilan cerita.
(d) Mengenali situasi kelas, menyangkut: sosial ekonomi, teologi dan norma yang dipegang serta pandangan hidupnya.
c. Mempersiapan Cara Bercerita
1. Masa inkubasi atau istirahat.
Bahan dicerna di bawah sadar, dipertimbangkan dalam rangka mencari ide, jawaban dan kepastian. Meditasi berdaya cipta untuk menciptakan kreasi cerita.
2. Masa iluminasi atau pemunculan ide.
Sering juga disebut sebagai masa ‘kejatuhan ide’ yang diawali dengan merumuskan tujuan cerita yang akan disampaikan dan apa yang hendak dicapai baik aspek afektif (sikap), kognotif (pengertian) maupun aspek psikomotorik (tindakan).
3. Menyusun, merancang dan mematangkan cerita.
Buatlah skema cerita berdasarkan nast yang telah dipilih, susun semua bahan penunjang yang telah diseleksi, kemudian diskusikan dengan orang lain guna melihat pendapat-pendapat yang berbeda.
4. Kontrol teks cerita.
Menyangkut isi teks, pendengar, cara berpikir atau sistematika bahan cerita lalu seimbangkan dengan skema yang telah dibuat.
2. Presentasi Cerita
a. Menguasai Teks
(1) Latihan artikulasi, diksi, intonasi, tekanan dan tanda baca.
(2) Cari bahan-bahan, kalimat dan kata yang perlu mendapat tekanan, dimana volume suara keras lembutnya dapat ditentukan.
b. Sikap Dalam Penyampaian Cerita
(1) Gerakan jangan berlebihan (harus fleksibel)
(2) Hati-hati dalam meniru gerakan orang lain.
(3) Gerakan harus sesuai dengan kata yang diungkapkan (tangan untuk emosi, jari untuk bilangan/waktu, mimik wajah/mata untuk merespon).
c. Guru dan Gaya Bercerita
(1) Guru dan Ruangan
Situasi dan suasana perlu diperhatikan guna menentukan waktu dan isi cerita yang hendak disampaikan.
Usahakan tenang saat masuk ke suatu ruangan, tentukan tempat berdiri dari posisi duduk anak, usahakan agar dapat dilihat dan didengar, cek semua alat yang dipakai.
(2) Guru dan Suara
• Suara harus jelas dan dapat didengar.
• Usahakan menggunakan teknik pernapasan yang baik agar suara menjadi baik dan jelas.
• Usahakan pita suara tetap luwes dan basah.
• Buat perbedaan antara vokal gelap dan terang.
• Jangan minum dingin, kopi atau alcohol, makanan pedas, berminyak dan rokok.
• Senam napas setiap pagi.
• Jika suara sesak dan kering telan air liur sendiri.
• Jangan terlalu kenyang atau lapar.
• Bebaskan dari ketegangan.
(3) Gaya bercerita
Ada tiga macam gaya tekanan dalam menyampaikan cerita atau berkhotbah kepada anak-anak:
(i) Pengajaran (teaching) karakter gaya LOW
• Tidak diulang-ulang, jelas dan deskriptif.
• Jangan membodohi, tetapi membangkitkan interest (minat) anak.
• Bahasa spesifik.
(ii) Mengajak (persuading) karakter gaya MIDDLE
• Menyentuh penginderaan dan pengalaman hidup sehari-hari.
• Menggunakan analogi (penyamaan).
(iii) Menggerakkan (moving) karakter gaya HIGH
• Menuntut pada komitmen (tekat) dan respon.
• Sasaran pada action dan reaction.
• Jangan memanipulasi emosi.
Elemen-elemen stile dalam bercerita atau berkhotbah kepada anak-anak:
1. Clarity (jelas)
• Kata-kata yang digunakan pas/tepat dan simple serta mudah dipahami.
• Sedikit menggunakan kata-kata abstrak.
• Jangan memakai jargon yang tidak dimengerti.
2. Interest (semangat)
• Human interest (kisah-kisah tentang manusia)
• Imergery (perumpamaan)
• Kontras dalam membangkitkan pendengar (“….andaikata…..”)
• Tension (ketegangan) supaya pendengar berpikir.
• Ilustrasi (contoh-contoh).
• Ekspresi yang menarik.
• Question (pertanyaan-pertanyaan)
• Variety (variasi) cara berkata-kata.
• Hindari bahasa-bahasa yang kolot atau kuno.
3. Avocation (membangkitkan)
• Bahasa deskriptif dan jelas
• Menggunakan analogi-analogi
• Emegery
• Sense appear (pendekatan inderawi) melalui telinga.
• Direek addres (alat yang dituju secara langsung).
• Retorical Vigurs (memakai cara-cara berpidato yang sering dipakai orang lain atau figur).
• Hindari kata-kata klise (sering digunakan).
4. Energy
• Kata-kata lantang, terang dan dapat menimbulkan vitalitas tinggi.
• Simplecity (sederhana).
• Gunakan kata ganti orang kedua dan kata kerja aktif.
• Tensesnya ‘present’.
• Kalimat pendek dan jelas.
5. Emotion
• Uraian deskriptif.
• Emegery berulang-ulang.
• Antusias (lih. Yes 65:13-14).
• Personifikasi (obyek yang ‘in enimate’, benda-benda mati dimasukkan dalam dunia nyata – lih. Yes 44:3; 1 Kor 15:55).
• Menggunakan gaya hiperbola.
• Dialog atau bertanya pada ‘tokoh’.
• Repetisi (seperti orang memukul balok guna membentuk klimaks).
• Pertanyaan bertingkat untuk membangkitkan respon.
• Progresif (‘jika, ketika, sejak, sebab’), memakai kata ganti orang kedua.
Berikut grafik stile dari tiga tekanan gaya bercerita atau berkhotbah kepada anak-anak:
Elemen Stile Teaching Persuading Moving
(Low) (Middle) (High)
Clarity 15 8 2
Interest 9 10 3
Evocative 4 15 6
Energy 3 10 8
Emotion 2 4 11
Semoga bermanfaat, selamat melayani. Tuhan memberkati
GKII "Bukit Shalom" Ubud
2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar